Pencuri Mayat
Hujan hanya menyisakan gerimis kecil ketika waktu sudah dipertengahan malam, rembulan redup terhalang gumpalan awan, Gemblung sudah bersiap dengan cangkul dan lampu senter yang dipegangnya, Malam itu diam-diam dia keluar, demi menjalankan tekad yang sudah dipersiapkan dari pagi, setelah mendengar Mirani meninggal.
Mirani adalah biduan desa yang kecantikannya membuat para laki-laki terpesona dan tergila-gila. Tak perduli pejabat atau penjahat, preman atau mereka yang dianggap baik, semuanya nyaris nggan berkedip apabila Mirani berdendang dengan goyangan aduhai.
Tidak terkecuali Gemblung, pemuda desa yang kerjanya sehari-hari memancing di sungai, Dia pun sangat tergila-gila pada Mirani, namun dia tak punya keberanian seperti laki-laki lainnya, yang selalu rebutan ikut bergoyang dan nyawer,memberikan uang. Gemblung hanya bisa menonton dari kejauhan lenggak-lenggok goyangan dan desahan suara Mirani, yang membuat birahinya bergejolak dan buru-buru langsung ke sungai.
Tapi kini Mirani mendadak meninggal, dia meninggal saat lagi nonton acara gossip. Seisi desa pun langsung heboh, ada yang menduga Mirani kena santet tapi ada juga yang mengira Mirani terkena serangan jantung akibat tidak kuat melihat artis idolanya menikah dan sudah punya anak.
Namun yang pasti kepergian Mirani menjadi duka bagi para laki-laki, Bukan hanya karena tak bisa lagi melihat goyangan yang joss dan suara yang menggairahkan, namun mereka tak punya lagi sosok yang menjadi bahan fantasi untuk membangkitkan birahi saat bercinta dengan istri-istrinya. Tapi tidak bagi Gemblung, kematian Mirani adalah jalan baginya untuk dapat memiliki Mirani seutuhnya.
******
Gemblung berjalan merayap menyusuri jalan setapak di pinggir bukit, malam dengan gelap mencekam tak membuatnya gentar menerobos keheningan yang membangkitkan bulu kuduk. Tekadnya begitu kuat agar bisa memiliki Mirani walaupun sudah menjadi mayat.
Langkah Gemblung dipercepat ketika melihat segerombolan kunang-kunang lewat, menurutnya apabila ada segerombolan kunang-kunang lewat itu tandanya kuburan sudah dekat, karena kunang-kunang adalah hasil evolusi kuku-kuku mereka yang baru saja mati.
“Kuku-kuku indah Mirani sudah menjadi kunang-kunang, pantas saja cahayanya begitu indah” gumam Gemblung,
”Sabar Mirani, Abang akan kembali menghidupkanmu dan kita akan bahagia selamanya.”
Wajah Gemblung nampak berseri, terbayang dibenaknya sebentar lagi Mirani akan jadi miliknya. Setelah ia menggali kuburnya dan membawa mayatnya ke sorang dukun yang akan menghidupkannya kembali. Lantas dukun itu akan menikahkannya hingga dia dan Mirani menjadi sepasang suami-istri.
Tinggal sebentar lagi Gemblung tiba di pemakaman dimana Mirani di kuburkan, namun tiba-tiba terdengar suara gaduh yang membuatnya tertegun, dia tertegun sesaat, dipasang telinganya lebar-lebar, terdengar jelas suara keributan dari arah pemakaman. Gemblung pun kembali berjalan mendekat tanpa lampu senter dinyalakan, dia takut ada orang tahu kedatangannya.
Ketika kaki menginjak tanah pemakaman, Gemblung langsung dibuat gemetar dan bergegas ia pun jongkok, sembunyi di balik ilalang yang tumbuh liar. Dia melihat ada beberapa orang sedang bertarung di dekat kuburannya Mirani. Mereka bertarung dengan sengit bahkan ada yang mengenakan golok.
Erangan, teriakan dan tawa kemenangan terdengar bersahutan, sesekali terdengar diantara mereka berkata lantang, bahwa dialah yang akan jadi pemenang dan berhak membawa Mirani. Mendengar itu Gemblung langsung hilang nyali, bagaimana bisa dia harus bertarung? Sekali tendang saja dia bisa mampus.
Tapi kalau dia hanya diam, kesempatan untuk dapat menikah dengan Mirani akan hilang selamanya. Lantas apalah arti hidup bila tak ada Mirani.
“Lebih baik mati karena berjuang merebut cinta daripada hidup harus kehilangan cinta!” gumamnya sambil mengepalkan kedua tangannya.
Ketika Gemblung mau bangkit, segerobolan kunang-kunang berputar-putar mendekatinya, dia pun terpesona melihat cahaya yang kelap-kelip yang menurutnya jelmaan kuku-kuku Mirani itu. Kunang-kunang pun perlahan menjauh menuju tepian jurang, mendekati seseorang yang berdiri dengan rambut tergerai.
Geblung dadanya langsug bertalu tak menentu, ketika melihat di tepian jurang itu berdiri Mirani dengan rambut basah tergerai, seperti habis keramas. Mirani dengan gerakan pelan melambaikan tanganya memanggil Gemblung. Gemblung pun dengan langkah malu-malu berjalan mendekat.
“Mau ikut denganku Gemblung!” ujar Mirani dengan nada lambat.
Gemblung hanya mengangguk sambil tersipu malu.
“Kemana pun aku pergi Gemblung”
Gemblung kembali mengangguk sambil meremas-remas jemarinya.
“Ayo Gemblung loncatlah!” Mirani meloncat sambil teriak memanggil Gemblung.
Gemblung dengan langkah gamang berjalan ketepian, lalu tertegun melihat gelapnya dasar jurang.
“Gembluuuungggg!” terdengar samar dari dasar jurang.
Gemblung pun langsung meloncat di telan kegelapan jurang.
*****
Pagi, kegaduhan di desa kembali terjadi. Ditemukan orang-orang terkapar bersimbah darah di samping kuburannya Mirani yang terbongkar, mayatnya pun hilang dan Gemblung pun menghilang.
“Saya yakin orang-orang ini memerogoki Gemblung yang mau mencuri mayat, karena ketahuan Gemblung menjadi kalap dan menghabisi mereka!” ujar Pak Lurah dengan penuh keyakinan.
Waga yang mendengrnya hanya manggut-mangut, sependapat dengan dugaan Pak Lurah. Hingga tersiar Gemblunglah pencuri mayat Mirani.
*****
Tidak ada komentar:
Terima kasih sudah memberikan komentar