Hantu di Lantai Tujuh Hotel Berbintang
Penulis : Sen Shaka
Dia bergaun putih dengan bros warna ungu ada di lantai tujuh. Semula keberadaannya sekedar cerita yang tidak aku percaya. Namun saat aku menemukannya, sebuah misteri membuatku penasaran ingin menelusurinya. Kini aku tahu kenapa ia berada disitu, bergentanyangan bertahun-tahun lamanya.
Inilah
kisahnya dan rasakan kehadirannya!!
Namaku Arya Dimitri, sudah tiga tahun aku bekerja sebagai bellboy disalah satu hotel berbintang yang cukup terkenal di Jakarta. Selama itu pula aku mengenal beragam karakter orang yang menjadi tamu di hotel ini dan yang paling aneh tamu yang aku kenal adalah Pak Daryo ini. Dia masih terlihat muda, sekitar empat puluh tahunan, wajahnya putih bersih, hidung bangir dan keningnya terlihat lebar.
Dari awal dia terlihat tidak banyak bicara. Disaat tas yang dibawanya kutawarkan untuk aku bawakan, dia menolak dengan suara lembut yang nyaris tak terdengar. Padahal tas yang dibawanya cukup besar, dua buah travel bags, satu dia jinjing dan yang beroda ia seret dengan susah payah.
Selama dalam lift dia nampak terdiam. Pertanyaan basa-basi yang aku lontarkan tak satupun yang ia jawab. Hingga aku pun memutuskan untuk ikutan diam sepanjang perjalanan.
Namun saat sampai di lantai tujuh dan memasuki kamar. Terpaksa aku harus menerangkan fasilitas hotel, perlengkapan dan peralatan kamar. Dia pun hanya terdiam seakan malas mendengarkan. Tapi saat aku tanya apakah ada pertanyaan, dia tertegun sejenak dan kemudian bertanya.
“Wanita yang tadi dilorong, bergaun putih dan mengenakan bros anggrek unggu itu siapa?”
Aku hanya tersenyum, kupikir dia hanya bercanda tentang cerita hantu yang ada lantai tujuh ini, “Ah Bapak nakut-nakutin saya aja,” ujarku.
Pak Daryo tertegun sejenak, lantas ia berjalan mendekati dan tanpa permisi ia langsung menutup mataku dengan telapak tangannya. Kemudian terdengar ia mengucapkan sesuatu yang tidak aku mengerti, sepertinya sebuah mantra.
Setelah melepaskan tangannya, ia langsung memintaku membuka pintu dan melihat ke lorong. Dengan perasaan gamang akupun menurutinya. Kutarik daun pintu perlahan dan dengan ragu kulangkahkan kaki.
Lantas aku menengok kearah kiri, tidak terlihat apa-apa, hanyalah lorong kosong yang terasa sepi. Kemudian aku menengok kearah kanan. Aaaagghhhh, seketika langsung tersentak!!
Aku melihat sesosok mahluk bergaun putih dengan bros anggrek warna ungu. Rambutnya terlihat panjang semerawut. Dia sedang berdiri sambil menunduk di pinggir lorong. Disaat aku tersentak, mahluk itu mendadak melihat kearahku. Anehnya kemudian langsung tertunduk kembali dan menghilang.
Aku bergegas masuk kembali ke dalam kamar dan menutup pintu cepat-cepat. Melihat aku ketakutan degan sangat, Pak Daryo tertawa terbahak-bahak. Sebenarnya aku sangat kesal karena dikerjain dengan sangat keterlaluan.
Namun karena Pak Daryo adalah tamu yang mesti aku hormati. Yang bisa aku lakukan hanya tertegun sambil berusaha menormalkan detak jantung yang terus berdebar. Beberapa kali aku menghela napas dan mengelus-ngelus dada.
“Nggak usah takut, dia tidak jahat. Saya sudah sering melihatnya bila menginap disini, makanya saya sering memilih kamar yang ada di lantai tujuh ini,” ungkap Pak Daryo dengan santai.
Aneh juga ini orang. Orang lain berusaha agar tidak melihat hantu, tapi dia malahan ingin ketemu hantu. Jangan-jangan dia nginep disini sekedar ingin nengok itu hantu.
“Saya ada urusan bisnis, sekalian saja mau lihat apa hantu itu masih ada disini atau sudah pindah!” ungkap Pak Daryo sambil terkekeh.
Melihatnya, lama-lama membuat aku merinding. Gerak-geriknya yang selalu melenggak-lenggokan lehernya dengan tatapan seakan menatap sesuatu. Membuatku takut untuk berlama-lama didekatnya. Akhirnya aku pun mohon diri untuk keluar, karena masih ada pekerjaan lain, ujarku memberi alasan.
Setelah keluar dari kamarnya, aku tertegun sejenak sambil menghela napas. Kuamati keadaan sekeliling, terlihat lengang dan tak ada hal mencurigakan. Aku pun melangkahkan kaki perlahan. Baru beberapa langkah aku merasakan ada angin berhembus dan membuat bulu kudukku berdiri. Aku terdiam sesaat, kembali memperhatikan keadaan sekeliling, masih terasa lengang namun terasa mencekam.
Srekkkk, sreekkkk, srekkkkkkk, terdengar suara orang berjalan dengan menggesekan sepatunya. Aku pun langsung bergegas berjalan menuju lift. Entah kenapa lorong yang biasa aku lewati, sekarang terasa begitu asing dan mencekam. Aku merasa ada banyak mahluk sedang memperhatikanku.
Di depan lift, aku berdiri blingsatan. Tidak sabar menunggu lift terbuka hingga tombolnya kutekan berulang-ulang. Sesaat kemudian terlihat tanda lift berhenti. Dengan jantung berdebar kumenunggu pintunya terbuka.
Ketika kaki baru selangkah mendekat, aku langsung dibuat tersentak hingga mundur beberapa langkah sambil menjerit. ASTAGAAA, sesosok mahluk bergaun putih dengan mengenakan bros anggrek warna ungu keluar dari dalam lift dengan menembus pintunya.
Dia bergerak begitu cepat, berbelok menuju lorong. Aku hanya ternganga dengan gemetaran. Lalu ketika melihat pintu lift terbuka, tanpa pikir panjang aku langsung meloncat. Ingin segera terlepas dari lantai tujuh yang terasa mencekam.
Di dalam lift barulah aku tersadar, kalau lift ini bekas dipakai hantu tadi. Kembali aku pun menggigil ketakutan. Aroma melati tiba-tiba terasa menyengat. Langsung saja kutekan nomer lantai terdekat, lantai nomor lima.
Maka ketika lift terbuka di lantai lima, aku langsung meloncat. Tanpa mengira ada banyak orang sedang berdiri. Mereka langsung serempak melihat kelakuan anehku. Diantaranya Ahmad, temanku di bagian roomboy.
“Lo ngapain, seperti orang di kejar setan?” tanya Ahmad.
Aku langsung bergegas melangkah sambil menarik lengan Ahmad, “Gue beneran baru ngeliat hantu yang ada di lantai tujuh itu!”
Ahmad tertegun sambil mengangkat alisnya, mengekspresikan keraguan atas ucapanku. Aku pun berusaha meyakinkan dengan menceritakan semuanya dari awal. Namun Ahmad belum sepenuhnya percaya juga. Karena itu aku lantas mengajak Ahmad menuju ke loby utama untuk menunjukan kalau Pak Daryo beneran menginap di lantai tujuh.
Setelah di loby utama, kami berdua langsung menuju meja resepsionis dan mengecek data penghuni kamar 103 di latai tujuh dan ternyata yang terlihat sungguh membuatku tersentak. Kamar itu dalam status kosong alias belum terisi. Aku benar-benar tidak percaya, aku benaran tadi mengantarkan orang ke kamar itu!! Bagaimana bisa dia bisa hilang dan datanya juga tidak ada.
“Tadi siapa yang melayani dia waktu reservasi?” tanya Ahmad.
Aku tertegun, mencoba untuk mengingat. Saat itu memang aku tidak begitu mengamati siapa yang melayani saat reservasi. Ketika tiba, Pak Daryo sudah siap menuju kamarnya.
Yang aku lihat saat itu, pegawai itu mengenakan sesuatu yang menempel didadanya. Bros, ya bros bunga angrek warna ungu.
Mengingat itu, jantungku langsung berdetak cepat dan bulu kuduk langsung meremang. Bros anggrek warna ungu, bros itu seperti yang di pakai hantu yang ada di lantai tujuh, apakah hantu itu adalah………
“Hey, lo kenapa lagi!” tanya Ahmad.
“Kita harus ke lantai tujuh!” ujarku sambil bergegas menuju lift.
Ahmad pun bergegas mengikuti. Aku ingin memastikan apakah kamar yang tadi di tempati pak Daryo benar kosong atau tidak. Tanpa waktu berselang aku dan Ahmad sudah memasuki lift. Aroma mistis kembali aku rasakan. Wangi semerbak aroma melati terasa menyengat.
“Kalau di lift tercium aroma melati, itu tandanya hantu itu sudah memakai lift ini,” ujarku sambil meremas-remas jari.
Ahmad terdiam, terdengar beberapa kali ia menghela napas dalam. Sepertinya rasa takut mendera perasaannya juga. Keringat sebesar butiran beras keluar dari pori-pori keningnya. Begitu juga denganku, detak jantung sulit aku redakan, helaan napas berulangkali ku hembuskan.
Lift terbuka, kami berdua berjalan merayap menelusuri lorong yang senyap. Suara orang merintih terdengar jelas. Membuat kami tertegun dan saling memandang, Ahmad mengajak untuk tidak melanjutkan rencanaku. Namun aku berusaha meyakinkannya karena sudah hampir mendekati kamar. Walaupun sesungguhnya aku pun merasakan rasa takut yang menyiksa.
Kembali kami berjalan, sebentar lagi tiba di kamar itu. Ketika sekitar beberapa langkah sampai, kami berdua kembali dibuat tersentak!! ASTAGAAA. Terlihat jelas sesosok mahluk bergaun putih keluar dari kamar dengan menerobos pintu. Ia tertegun sejenak dan menoleh kearah kami. Terlihat wajah pucat dengan lingkaran hitam dimatanya. Kemudian bergegas berjalan dengan kaki diseret dan menghilang seketika.
Ahmad terlihat menggigil dan nyaris ambruk. Aku berusaha membangkitkannya. Kemudian kami berdua bersandar ke tembok dengan napas menderu. Sesaat berikutnya aku kembali melangkahkan kaki dan Ahmad terpaksa mengikuti dari belakang.
Daun pintu ku dorong perlahan. Dengan langkah gemetar ku masuki kamar. Aroma melati kembali tercium. Lampu aku nyalakan, terlihatlah keadaan seisi kamar. Semua tertata di tempatnya dengan rapi. Tak ada tanda-tanda kamar ini sudah terisi.
Aku mencoba menelusuri. Dengan langkah gamang kubergerak menuju kamar mandi. Setelah didalam bulu kudukku langsung berdiri. Terasa ada angin berhembus. Kulihat lantai kamar mandi terlihat basah, sepertinya baru saja ada yang mandi.
Ahmad datang menghampiri, ia pun merasa heran melihat keadaan kamar mandi. Tiba-tiba ia menepuk-nepuk pundaku dan tangannya menunjuk kearah wastafel. Mulutnya terlihat menganga seakan ingin mengatakan sesuatu tapi tersekat di tenggorokan. Aku pun menatap kearah wastafel. Dan terlihat sebuah bros anggrek warna ungu tergeletak.
Langsung saja aku dan Ahmad bergegas keluar dan dengan setengah berlari menuju lift. Depan lift kami berdua terengah-engah. Suara rintihan kembali terdengar, mulanya lamat-lamat kemudian terasa dekat. Maka saat pintu lift terbuka, kami berdua langsung bergegas dan meluncur ke loby utama.
****
Setiba di loby utama, aku langsung mengajak Ahmad menuju ruangan petugas CCTV. Aku ingin benar-benar memastikan apakah aku tadi mengantarkan manusia ataukah sungguhan hantu.
Untung saja petugas CCTV yang lagi jaga adalah temanku. Hingga aku tak kesulitan memintanya untuk mengulang rekaman pas pertama aku bertemu Pak Daryo di loby utama.
Terlihat jam delapan malam itu, aku menjemput Pak Daryo. Di CCTV terlihat Pak Daryo seperti yang aku gambarkan. Terlihat ia bagaimana menolak tasnya aku bawakan. Saat melihat adegan itu mataku melihat seorang pegawai yang terlihat dibelakang Pak Daryo, aku pun minta di putar saat Pak Daryo mulai tiba di loby utama.
Kini terlihat Pak Daryo datang disambut seorang pegawai dengan ramah. Sepertinya mereka terlihat sangat akrab. Anehnya kami semua tidak mengenal siapa wanita yang menjadi pegawai itu. Aku tertegun sejenak sambil melihat ke monitor. Mataku langsung mengarah ke bros anggrek ungu yang dikenakan wanita itu .
Aku langsung menunjuk bros yang dikenakan pegawai itu, Ahmad langsung terlihat ketakutan. Kemudian aku amati wajah pegawai itu. Dan, dan terlihatlah jelas wajah wanita itu, persis seperti wajah hantu di lantai tujuh. ASTAGAA!!!!
***
Cerita yang aku alami akhirnya tersebar diantara pegawai. Hingga pihak manajemen langsung melarang agar cerita ini tidak bocor sampai keluar dan file rekaman itu langsung minta dihapus. Serta aku langsung mendapat teguran karena dianggap bertindak tanpa koordinasi dengan pihak manajemen. Surat peringatan satu saat itu langsung aku dapatkan.
Namun walaupun sudah mendapat surat peringatan. Drongan rasa penasaran membuat aku berusaha mencari tahu tentang hantu yang ada dilantai tujuh itu. Tapi tak ada satu pun informasi yang bisa aku dapatkan. Semua mulut seakan terkunci bila kuajak bicara tentang siapa hantu yang mengenakan bros anggrek ungu itu. Dugaanku dia seorang pegawai di hotel ini, entah kenapa dia menjadi hantu yang terkurung puluhan tahunnya di lantai tujuh.
Hingga pada suatu malam. Aku mencoba untuk kembali memasuki kamar di lantai tujuh itu, tempat Pak Daryo dulu kuantarkan. Ketika itu setelah aku mengantarkan seorang tamu yang juga menginap di lantai tujuh. Aku diam-diam memasuki kamar itu.
Saat didalam aku langsung mencium wangi melati. Leher terasa hangat dan bulu kuduk berdiri serempak. Lampu langsung aku nyalakan, aku tertegun sambil menghela napas panjang.
Kulangkahkan kaki perlahan sambil mata berputar melihat-lihat kesekitar. Saat mata tertuju ke atas kasur, aku langsung tersentak!! Ku lihat bros anggrek warna ungu tergeletak. Dengan langkah gamang aku mencoba mendekat dan kuambil dengan tangan gemetar.
Ketika kupegang, aku merasa seperti melayang. Angin sejuk mengusap lembut wajahku. Mataku mendadak terasa berat hingga beberapa kali terkatup. Aku berusaha terjaga namun rasa kantuk terus-terusan bergelayut, hingga akhirnya aku pun tumbang ke atas kasur dan terlelap seketika.
Aku melihat seorang perempuan datang memasuki kamar. Dia mengenakan rok selutut, blouse warna putih dan ditutup dengan blazer warna cokelat. Sebuah bros anggrek ungu menempel di dadanya.
Dia terlihat menawan dengan rambut panjang tergerai. Kemudian datang seorang lelaki dengan mengenakan jas dan dasi, ia Pak Daryo. Mereka terlihat berangkulan dan berciuman. Saat keduanya terlena munculah seorang wanita yang langsung memaki-maki dengan penuh amarah.
Pak Daryo berusaha menenangkannya, namun wanita itu semakin kalap dan berhasil mengeluarkan pistol dari dalam tasnya. Hingga meletuslah satu peluru dan menumbangkan wanita yang tadi bercumbu.
“Dasar wanita jalang. Penggoda suami orang, tempatmu di neraka!” teriak si wanita sambil menarik pelatuk pistolnya kembali.
Aku tersentak, pelahan mataku terbuka. Samar pandanganku, tidak utuh kesadaranku. Aku merasakan ada seseorang duduk didekatku. Dengan pelan aku menengok kearah samping, dan terlihat seseorang bergaun putih dengan rambut panjang tengah duduk tertunduk. Aku berusaha teriak, namun lidahku kelu. Mahluk itu perlahan bangkit dan mengambil bros angrek warna ungu dari tanganku.
Aku hanya bisa mengap-mengap dengan mata melotot, jantungku berdetak hebat dan badan gemetar. Mahluk itu lantas berjalan perlahan,keluar dengan menembus pintu.
Aku perlahan bangkit dengan keringat menderas. Kemudian mencoba berjalan walau dengan merayap. Aroma melati terasa semerbak tiba-tiba, suara rintihan seakan terdengar di kamar ini juga. Dengan sekuat tenaga aku berusaha bergegas keluar dan meninggalkan lantai tujuh, yang cerita misterinya sedikit bisa kuterka sekarang.
Tidak ada komentar:
Terima kasih sudah memberikan komentar