Bandung Penuh Hantu
Cerpen ; Wahyu Arshaka
Tentu saja aku pernah mendengar tentang cerita hantu-hantu yang ada di Bandung, cerita horor rumah kentang, tanjakan Emen, villa isola UPI atau cerita tentang sekolah-sekolah berhantu di SMA 5, SMA 3, SMA 2 dan SMA 20. Semua cerita tersebut aku anggap hanyalah fiksi, bahkan adanya hantu pun kuanggap fiksi, karena memang selama hidup belum pernah melihat sosok yang menakutkan itu kecuali dalam film.
![]() |
ilustrai by dream.ai |
Makanya ketika nyari kost, nggak melihat daerah tersebut angker atau tidak, yang aku lihat harganya murah atau mahal. Kebanyakan tempat kost yang ada di pinggir jalan, dekat kampus atau Mall harganya sudah kaya cicilan rumah. Kostnya hanya satu kamar, bayar tiap bulannya sama seperti cicilan rumah type 24, kan nguras dompet anak rantau seperti aku.
Terpaksa aku nyari yang ada di pelosok, menelusuri gang-gang sempit dan melewati kebun. Dan akhirnya aku dapat juga yang harganya miring. Untung saja bisa kudapatkan tempat kost, kalau tidak aku bisa numpang tidur di masjid, karena waktu itu Maghrib sudah mau tiba dan langit pun sudah nampak gelap.
Penjaga kostnya sudah terlihat tua dan suka batuk-batuk, dia tak banyak bertanya apalagi bicara, setelah harga yang aku ajukan dia langsung menyetujui saja. Kemudian menyerahkan kunci dan menunjukan kamar yang harus aku tempati, ada di pojok di lantai dua, berderet dengan satu kamar yang lampunya menyala, aku menerka kamar itu ada penghuninya. Di lantai dua hanya kamar itu yang lampunya menyala, yang lainnya terlihat padam. Di lantai satu pun hanya ada dua kamar yang lampunya menyala. Dugaanku pasti tempat kost ini memang sepi peminat, karena letaknya memang lumayan jauh dari jalan raya.
Sebenarnya aku hendak bertanya tentang warung untuk beli sabun mandi dan odol pada penjaga kost, namun saat aku menoleh dia sudah nggak ada, aku sapu pandang sekeliling juga tetap nggak terlihat. Terpaksa aku urungkan lalu melangkah menuju kamar kostku. Sepi sekali, hanya terdengar bunyi gesekan daun rambutan yang rantingnya rebah ke genting, padahal waktu belum masuk malam.
Saat melintasi kamar yang letaknya di samping kamarku, langsung tercium wangi bunga melati, aku terdiam sejenak sambil melihat-lihat ke bawah, siapa tahu memang ada serumpun bunga melati, ternyata tidak ada. Kuterka saja wangi itu berasal dari pengharum ruangan yang ada di kamar ini. Kemudian aku bergegas membuka pintu kamarku.
Lampu aku nyalakan, tampaklah keadaan ruang kamar berukuran dua kali tiga, ada kasur tergeletak dengan berselemut seprai putih, begitupun dengan bantalnya. Di sudut ada lemari pakaian terbuat dari plastik yang berbentuk deretan laci yang berdampingan dengan meja kayu. Di dinding tergantung sebuah foto berbingkai, foto seorang perempuan dengan rambut tergerai panjang, berhidung bangir dan sorot mata tajam. Mungkin itu foto penghuni lama yang terlupa di bawa.
Aku langsung berbaring di kasur dan tas besar yang menyimpan pakaian aku biarkan saja tergeletak di lantai, sejenak aku melepas lelah setelah berputar-putar mencari kostan yang murah. Sayup terdengar suara Adzan Maghrib, sepertinya cukup jauh sumber suaranya. Setelah selang sebentar setelah Adzan itu berakhir, aku baru beranjak bangkit untuk pergi mandi dan wudhu, kamar mandi ada di bawah, ada di dekat tangga tempat aku tadi naik.
Kutarik daun pintu, angin dingin menerpa membawa aroma dupa, kucari siapa yang membakarnya, tak terlihat satu orang pun di bawah. Sepi banget, hingga derap kakiku pun terdengar nyaring. Setelah di bawah, aku di buat tersentak ternyata ada yang berdiri di muka pintu kamar yang lampu depannya menyala buram. Seorang perempuan dengan rambut panjang, dia hanya berdiri mematung memandangku.
“Permisi mbak, saya penghuni baru,nempatin kamar di atas yang di ujung.” Ujarku menyapa.
Dia hanya terdiam kemudian berjalan menuju gang, aku perhatikan dia berjalan dengan menunduk dan tangan terdiam tanpa terlihat bergerak, hanya kakinya melangkah perlahan seperti merayap. Setelah dia lenyap di telan jarak, barulah aku masuk kamar mandi. Namun baru saja kaki aku siram, ternyata airnya dingin banget. Maka aku pun hanya bisa wudhu saja, untuk mandi aku urungkan.
Ketika keluar dari kamar mandi, suasana terasa semakin gelap, aroma dupa pun sudah lenyap, tapi dingin semakin terasa bikin menggigil, aku pun bergegas kembali menuju kamar. Sajadah aku gelar dan langsung Sholat. Setelah Sholat aku kembali berbaring, entah kenapa mataku selalu ingin melihat foto yang tergantung itu, mungkin karena yang di foto terlihat cantik.
Tiba-tiba terdengar suara anak-anak tertawa riang, sepetinya penghuni kostan ini sudah pada keluar, tapi aneh kenapa setelah hari gelap mereka baru pada bermain. Rasa penasaran membuatku beranjak dan menarik daun pintu. Kuarahkan pandanganku ke arah sumber suara, ternyata ada dua anak kecil yang sedang lari-larian dan seorang wanita tengah berdiri, itu wanita tadi yang aku temui kala mau ke kamar mandi. Tapi ada yang aneh, ASTAGAAA, aku melihat mereka bukan berada di tempat kostan ini, tapi disebuah tempat pemakaman. Bergegas saja aku kembali masuk kamar.
Entah kenapa aku melihat tempat pemakaman di kostan ini, apakah itu alam gaib yang ada di sini, entahlah! Aku enyahkan semua pikiran buruk itu, aku kira itu hanya halusinasi akibat rasa lelah dan lapar yang mulai terasa. Tapi malas juga kalau harus keluar mencari makan, mesti keliling lagi mencari warung makan dalam udara yang dingin mencekam ini. Kubuka saja tas mencari sisa bekal roti, ternyata masih ada bersama botol air mineral yang tinggal setengah isinya.
Ketika mengunyah roti, kembali aku dibuat tersentak, ada suara tangis terdengar,tangis seorang perempuan, kupastikan suara tangis itu, ternyata dari kamar sebelah. Bergegas saja aku minum,lalu bangkit dan melangkah keluar. Suara tangis masih terdengar isaknya dari kamar sebelah, aku lihat pintu kamarnya terbuka dan bergoyang di gerakan angin. Dengan langkah perlahan aku mendekat, jantung terasa berdetak cepat dan bulu kuduk pun berdiri, tepat di muka pintu suara tangis itu terhenti. Aku lihat ke dalam kamar tak ada siapa-siapa, yang nampak kamar kosong yang penuh debu, terlihat ada buku yang berserakan di meja, seprai pun terlihat tak sepenuhnya menutup kasur dan ada boneka dengan rambut pirang dan mata melotot yang juga kusam oleh debu. Tapi kenapa lampunya menyala?
Kembali bergegas aku kembali ke kamar. Merebahkan diri ke kasur, berusaha aku enyahkan segala dugaan tentang segala keanehan yang terjadi. Terdengar lagi suara anak-anak tertawa, disusul tangisan dan jeritan yang menyayat, aku biarkan saja. Perlahan ngantuk pun menyergap, hingga saat terdengar tawa cekikikan dan terlihat ada sesosok yang melintas dalam kamar pun, aku dalam batas sadar dan tidak, hingga akhirnya terlelap seketika.
*****
Sinar mentari yang membersit dari celah jendela dan menyinari wajahku membuatku terjaga. Terdiam sejenak mengumpulkan kesadaran, hingga akhirnya dibuat tersentak. ASTAGAAA, kulihat kamarku penuh debu, di lantai hingga dindingnya, hingga kasur pun berdebu dan bau. Udara dalam kamar pun terasa purba seakan terkurung ribuan tahun lamanya. Foto yang menggantung di dinding pun diselimuti debu. Aku bangkit dalam kebingungan, aku dekati foto itu dan kuusap untuk menyingkirkan debu yang menutupinya. Dan aku dibuatnya tersentak, wanita dalam foto itu ternyata mirip dengan wanita yang semalam aku temui di bawah, yang terdiam mematung saat kusapa. Tanpa pikir panjang aku raih tas dan bergegas keluar, ketika pintu kubuka semakin aku dibuat tak percaya, terlihat tempat kostan ini sudah rusak, dengan rumput liar yang memenuhi halamannya, sepertinya kostan ini sudah lama tak berpenghuni, tepi semalam mereka siapa???
****
Novel Bucin Mencari Cinta
Tidak ada komentar:
Terima kasih sudah memberikan komentar